Ambisi Menjadi ‘Orang Besar’
2 min read“Jangan karena kita berambisi menjadi ‘orang besar’, kita lupa untuk menjadi orang baik”.
Kata ini, meski bukan hadist atau firman Tuhan, tapi sangat benar untuk diterapkan orang kebanyakan, apalagi di zaman sekarang.
Hari ini, banyak orang berambisi menjadi ‘orang besar’. Sedikit saya spesifikasikan, mungkin, definisi jadi orang besar ini adalah mempunyai pangkat yang tinggi, pengaruh yang luas, serta penghormatan yang luar biasa kepadanya.
Penulis kira, semua orang yang hidup di dunia ini menginginkan hal demikian. Seperti kata Gus Mus, “Orang besar bagiannya selalu besar.
Orang besar jujur-tak jujur, makmur.
Benar-tak benar, dibenarkan.
Lalim-tak lalim, dibiarkan.
Orang besar boleh bicara semaunya.
Orang kecil paling jauh dibicarakan saja.
Orang kecil jujur, dibilang tolol.
Orang besar tolol, dibilang jujur.
Orang kecil berani, dikata kurangajar.
Orang besar kurangajar, dikata berani.
Orang kecil mempertahankan hak, disebut pembikin onar.
Orang besar merampas hak, disebut pendekar.”
Dengan ini, orang akan sibuk dan menghalalkan segala cara agar dirinya melangkah hingga menjadi orang besar. Cara-cara tersebut beragam, mulai dari yang baik hingga yang tidak baik. Seperti menipu, menghasut, senggol-menyenggol, sikut-menyikut, jilat-menjilat, fitnah-memfitnah, bunuh-membunuh, dan sebagainya.
Berambisi menjadi orang besar itu adalah manusiawi. Namun jika dilakukan dengan cara tidak manusiawi, itu sudah bukan manusia. Tapi iblis, yang menjelma menjadi manusia. Bukankah begitu, saudara-saudara?
Perlulah kita mempunyai cita-cita yang tinggi serta berambisi untuk menjadi orang besar. Tapi jangan lupa, untuk tetap menjadi orang yang baik. Bagaimanapun, menjadi orang besar itu baik. Tapi menjadi orang baik, itu jauh lebih besar, manfaat dan maslahat serta derajatnya (di sisi Tuhan). Sekian.