NULES.CO – Nahdlatul Ulama (NU) merupakan salah satu organisasi keislaman terbesar yang ada di Indonesia bahkan dunia. Organisasi Nahdlatul Ulama berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 M atau pada 16 Rajab 1344 H.
Berdirinya Nahdlatul Ulama diinisiasi oleh kalangan ulama tradisionalis untuk mempertahankan dan melestarikan Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang mempunyai sanad langsung dengan Rasulullah SAW.
Tokoh-tokoh yang mendirikan Nahdlatul Ulama mayoritas berasal dari kalangan pesantren yang masih mempertahankan Islam Tradisionalis.
Beberapa tokoh yang ikut mendirikan Nahdlatul Ulama di antaranya adalah KH. Hasyim Asy’ari, KH Wahhab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, dan banyak tokoh lainnya.
Ciri khas yang begitu kental menempel di Nahdlatul Ulama adalah banyaknya tradisi dengan basis keislaman yang sampai saat ini masih dilestarikan. Seperti perayaan haul, yakni kegiatan memperingati hari kematian salah satu keluarga atau tokoh tertentu.
Ada juga kegiatan tahlilan, yaitu doa bersama untuk orang yang baru wafat. Tahlilan ini biasanya digelar selama 7 hari berturut-turut di kediaman orang yang sudah wafat atau rumah duka.
Baca Juga: Tidak Banyak Yang Tau! Ini dia Manajemen Waktu Ala Maudy Ayunda, Mudah Banget!
Dalam sejarahnya, sebelum Nahdlatul Ulama berdiri, ada beberapa organisasi berbasis Islam yang menjadi embrio lahirnya NU. Pada tahun 1916 ada organisasi pergerakan yang terbentuk dengan nama Nahdlatul Wathan yang memiliki arti Kebangkitan Tanah Air.
Organisasi ini lahir dari kalangan pesantrem yang bertekat untuk melawan kolonialisme.
Dua tahun berselang atau pada 1918, terbentuklah Taswirul Afkar atau disebut juga dengan Nahdlatul Fikri yang memiliki arti Kebangkitan Pemikiran. Organisasi ini menjadi wadah kaum santri dalam pendidikan sosial politik dan keagamaan.
Baca Juga: Wanita Tertua di Dunia Meninggal Dunia
Ada juga organisasi Nahdlatut Tujjar yang menjadi wadah pergerakan kaum sudagar dalam memperbaiki perekonomian rakyat.
Selain banyaknya organisasi yang mejadi embrio lahirnya NU, ada pula peristiwa yang semakin memantapkan para ulama pesantren untuk mendirikan organisasi tradisionalis tersebut.
Artikel Terkait
Pondok Jabal Qur’an di Wisata Bukit Kapur Jaddih, Mungkinkah?
Peran Pondok Pesantren sebagai Solusi dalam Menghadapi Degradasi Moral Anak Negeri
Jelang 1 Abad NU, JQHNU Pamekasan Relaunching Metode Tartila untuk Cepat Baca Al-Quran
PCNU Bangkalan Bersama NU Mengawal Moderasi Beragama
Lirik Mars Satu Abad NU, Merawat Jagat Membangun Peradaban