Bagaimana Caranya Agar Anak Mau Mengikuti Jejak Orang Tua?

NULES.CO - Anak adalah pribadi yang berbeda dengan orang tuanya. Anak bukanlah duplikat orang tua, meski terkadang ada kemiripan yang sangat dekat, baik fisik maupun kepribadian dan bakat.

Tak jarang para orang tua ingin anaknya mengikuti jejak orang tua. Jika memang anaknya siap, maka tidak ada masalah. Namun, adakalanya anak ingin memilih jalannya sendiri.

Dalam kondisi tertentu, memang sebaiknya anak mengikuti jejak orang tua nya. Sebut saja para kiai yang sudah mendirikan pesantren. Bagaimanapun juga, pesantrennya pasti butuh generasi penerus yang merupakan keturunan langsung dari sang kiai. Bahkan orang luar yang paling pandai pun tidak akan mewarisi karisma yang sama dengan sang kiai.

Baca Juga: Mahasiswa KKN UTM mengadakan penanaman 1000 pohon di Alas Rajah

Demikian juga dokter yang sudah mendirikan klinik pengobatan. Pasti dia ingin agar anak keturunannya ada yang mengikuti jejak orang tua nya di dunia medis.

Contoh lainnya adalah para pengusaha yang sudah mendirikan perusahaan sendiri, dan banyak lagi.

Bagaimana agar anak mau mengikuti jejak orang tua tanpa konflik? Berikut beberapa cara agar anak mau mengikuti jejak orang tuanya:

Pertama, sejak kecil sering dilibatkan dalam aktivitas orang tuanya. Dari kebiasaan dan pembiasaan, akan timbul rasa Cinta pada pekerjaan orang tuanya.

Kedua, tunjukkan kelebihan profesi orang tua, dan jika ada kekurangan, dianggap tantangan. Dengan demikian anak akan termotivasi dan tertantang untuk mengikuti jejak orang tuanya.

Ketiga, ajak bermimpi besar untuk membesarkan apa yang telah dirintis oleh orang tuanya. Dengan demikian, dia akan termotivasi dan terobsesi untuk berbuat lebih baik lagi.

Baca Juga: Antara mencari ilmu atau mengajarkan ilmu, mana yang lebih penting?

Demikian beberapa cara agar anak mau mengikuti jejak orang tuanya, diharapkan pula ada kekompakan antara suami dan istri dalam menjalankan cara-cara tersebut. Jika tidak, akan sulit untuk mencapainya. Bahkan putra seorang Nabi pun bisa menjadi kafir jika istrinya tidak mendukung suaminya, bukan?