NULES.CO - Kasus kekerasan terhadap anak dari tahun ke tahun terus saja meningkat. Bahkan dari tahun 2022 menuju 2023 kasus tersebut mengalami peningkatan secara signifikan. Demikian hasil statistik Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA).
Ironis! Problem besar tersebut hendaklah menjadi perhatian kolektif terutama pihak pemerintah. Mereka harus terus berupaya menemukan solusi. Anak-anak yang kelak akan berada di garda terdepan memimpin bangsa mesti mendapat perlindungan serius. Jangan sampai terus-menerus mengerdil ruang aman bagi anak-anak.
Setelah saya kroscek, di kota yang saya tinggali pun tidak luput dari kasus tersebut. Dalam data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Surabaya menyebutkan, sejak Januari - April kasus kekerasan terhadap anak mencapai 30-an kasus, (JawaPos.com, 18/05/2023)
Baca Juga: Apakah Suara Perempuan Aurat?
Sebenarnya gerak cepat yang diupayakan pemerintah sekalipun, maupun perhatian khusus pihak sekolah —saya rasa— tidaklah banyak memberikan pengaruh esensial untuk mengurangi problem besar tersebut. Karena pemerintah dan pihak sekolah tidak bisa intensif memberikan pengawasan terhadap anak.
Lalu bagaimana solusi jitunya?
Saya rasa, perkara yang paling efektif agar memberikan ruang aman bagi anak ialah peran dari keluarga sendiri. Ini menjadi PR penting bagi mereka.
Saya paparkan suatu contoh, saya mempunyai bibi yang berdomisili di Kota Surabaya. Dia memiliki seorang putra yang masih kelas 5 SD. Katanya, putranya tersebut setelah lulus SD akan dimasukan ke pondok pesantren. Sebab, katanya, putranya itu diduga terlibat pergaulan yang buruk. Tanda-tandanya ialah kerap kali keluar lalu pulang ke rumah tatkala malam semakin larut.
Keluarga merupakan pihak terdekat bagi anak-anak sehingga pendidikan utama senyatanya berasal dari lingkungan keluarga. Sehingga menjadi tugas besar mereka untuk melakukan upaya-upaya pencegahan agar kasus kekerasan anak tidak terjadi.
Baca Juga: Manfaat Menikah dengan Orang Madura; Keunikan dan Kekayaan Budaya yang Membawa Kebaikan
Kasus kekerasan terhadap anak disebabkan banyak faktor. Sebagaimana yang dikatakan, Ida Widayati, Kepala DP3AP2KB, salah satunya yang paling santer ialah penggunaan gadget. Dan lagi-lagi membatasi penggunaan gadget sangat bisa dilakukan oleh pihak keluarga, terutama ayah dan ibu.
Apapun faktornya, saya rasa, kalau pihak keluargalah yang mengawasi dan menangani maka tidak akan pernah terjadi kasus kekerasan terhadap anak.
Artikel Terkait
Viral! Emak-emak sultan pakai perhiasan bak pemain mahabrata
Ternyata ini alasan Inara buka cadar
Mengenal lebih jauh tentang Makrab
Mobil Tercebur ke Laut di Bangkalan Karena Kurang Mahir Mengemudi
Makrab DPW IV ITHLA di STAIS Bangkalan Ternyata Ada Ijazah Ratib Syaikhona Kholil Buat Bekal Pulang Peserta
Pameran Seni ArtOs Nusantara Dibuka, Bupati Ipuk: Momentum Dukung Industri Kreatif
ArtOs Nusantara Teguhkan Banyuwangi Episentrum Baru Seni Rupa Nasional
Peduli Generasi Alpa, Mahasiswa S2 Magister Manajemen Unair Adakan Kampanye “GEN UNAIR+”